Selasa, 21 April 2015

The Journey : Kuala Lumpur-Malacca-S'pore-Batam [so late post] A Way between

Well,, seems like it's not the last one... 

Setelah balada Mesjid Malaka yang melelahkan namun juga menyenangkan, kali ini saya coba mengingat dan menuliskan apa yang kami alami selama perjalanan kami menuju Singapura.

Let's get it started
Berangkat sekitar pukul tujuh pagi waktu Malaka dari guest house menuju Malaka Sentral. Setelah gagal sarapan bakpaw karena kegosongan di microwave. #ngakakgulingguling
(ketauan g pernah pake microwave, bakpaw tuh dikukus bukan dipanggang,,, hehe,, the very stupid of me)
Akhirnya sarapan beberapa potong apel yang dibeli di Giant sepulang dari Mesjid Malaka sehari sebelumnya.
Satu keberuntungan ketika si empunya guest house berbaik hati memanggilkan taksi untuk kami dengan ongkos setengahnya. Kenapa?? emang dapat diskon?? bukan,, kami bayar setengah karena selain kami, ada satu orang bapak Japanesse yang juga hendak menuju Malaka Sentral. heuheu,,, patungan gitu maksudnya... [Efisiensi itu penting buat backpacker,,, :D]

Tiba di Malaka Sentral, dimulailah kegalauan. Entah bagaimana awalnya, kami ketinggalan jadwal keberangkatan dari operator bus 707 Inc. Express seperti yang direncanakan di itinerary. Perlu diketahui bahwa setiap operator bis memiliki tempat pemberhentian yang berbeda di Singapura. Alasan memilih operator itu karena pertimbangan dekat dengan lokasi guest house kami di Singapura. Tapi, karena melihat jadwal keberangkatan berikutnya yang terlalu siang, kami putuskan untuk menggunakan jasa operator lain.

Perjalanan Malaka - Singapura cukup lancar, dan sebagian besar kami habiskan dengan tidur. Selain memang untuk beristirahat, juga untuk menangkal dinginnya air-con (bahasa melayu-y AC) didalam bis yang duinging binggitz.
Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan, bis berhenti di sebuah bangunan modern. Awalnya bingung, kenapa bis nya berhenti. Mlanga mlongo, baca situasi, konsekuensi dari malunya bertanya. Padahal kan kata pepatah, malu bertanya sesat dijalan. Tapi pepatah itu tak mempan mengalahkan rasa enggan saya untuk bertanya. #huff

Ditengah kebingungan dan ke-tidakberani-an untuk bertanya, saya mencuri dengar dari seorang penumpang di bis kami yang terlihat seperti seorang guide, bahwa tempat ini adalah check point negara bagian Malaysia. Artinya, it's all about immigration things. Oooww... hehe,, jadi keingetan. Ternyata hasil browsing dan blog walking sebelum berangkat menguap entah kemana.

Oke. Turunlah kita dari bis, according to the guide kita ga perlu bawa barang-barang kita, karena nanti kita akan berangkat menggunakan bis yang sama. Ada untungnya juga kenal sama bahasa Inggris, meski masih pasif.. hehe..
Memasuki check point -yang ternyata bernama- Bangunan Sultan Iskandar [BSI] menggunakan eskalator. Bangunannya cukup megah, memang sedikit kebingungan menentukan arah menuju gerbang pemeriksaan imigrasi, tapi tak terlalu rumit lah, karena rambu-rambu berbahasa Melayu masih mudah untuk dimengerti.
google


Ada satu kejadian menarik setelah melewati gerbang keimigrasian.
Ketika itu kami dihadapkan pada dua pilihan pelik [jreng jreng jreng #lebaii]. Ada dua eskalator turun disana. Kami bingung harus menggunakan eskalator kiri atau kanan. Kami juga tidak tahu where the escalator will lead us to [lebai bombai]. Dan diputuskanlah untuk menggunakan eskalator kanan, simpel aja sih, karena kalo kanan itu selalu lebih baik, in my opinion.

Tapi ketika tiba di lantai bawah, ternyata kami tiba di tempat parkir.. heuheu.. dan sepi banget.
Karena tak nampak bis yang tadi kami tumpangi, kami pun mencoba bertanya pada sesiapa yang kami temui. Kebetulan ada bapak polisi muda yang kece lewat, kami mencoba bertanya. Saya tanya pake bahasa Inggris, karena khawatir salah milih kata kalo pake bahasa Melayu. 

Si Bapak Polisi kece ini malah geleng-geleng kepala, sambil nunjuk-nunjuk arah.
Kalo diterjemah mungkin,, anda bisa coba pergi ke arah sana.. heuheu,, begitu kira kira.
Tak ada pilihan lain, kami ikuti instruksi si Bapak, dan ternyata bener dong, diseberang sana ada bis yang kami tumpangi tadi, dan kami harus menyebrang karena berseberangan arah.

Ternyata, eskalator turun itu menentukan kita berada di sisi sebelah kanan atau kiri dari tempat parkir. Heuheu,, dan ternyata juga bis yang kami tumpangi memang parkir di sebelah kiri... #parah
Jadi,, sebelah kanan selalu lebih baik,, it doesn't work all the time,, it depends on what it's all about.... #lessontolearn

Setelah proses imigrasi di Malaysia selesai, kami berangkat menuju check point Singapura => Woodland. Prosesnya lumayan lancar. Berbeda ketika di BSI, kami turun dari bis dengan membawa barang-barang, karena belum tentu kami menggunakan bis yang sama ketika beres dengan urusan imigrasi. Singkat cerita, bereslah urusan imigrasi [padahal memang tak tersisa detil cerita mengenai imigrasi Woodland di memori ini], dan kami pun menuju tempat parkir, mencari bis dari operator yang sama.

hhmm,,, inginnya sih nerusin ceritanya,, tapi sepertinya akan sangat menyita halaman,, 
jadi,, saya buatkan satu tulisan terakhir saja mengenai cerita kami di Singapura. :D